Jangan nilai aku dari jilbabku


Beberapa hari yang lalu, aku mendengarkan curhatan salah seorang muslimah. Jadi, cerita dia punya temen seorang yang berkerudung besar dan melakukan tindakan yang kurang pantas dilakukan oleh orang tersebut. Sempat terlintas kata-kata, “Padahal kerudungnya sebesar itu tapi kelakuannya seperti itu”.

Astagfirullah,,
Saya merasa janggal..ingin berkomentar,  merasa ada yang janggal dengan kata-kata itu. tapi otak lagi g konek soalnya lagi mikirin hal lain. Dan akhirnya, malam ini kata-kata itu kembali muncul dibenak saya.

Astaghfirullah, mencoba mengurai hikmah dibalik kejadian itu..

Jadi begini, meminjam salah satu judul postingan (yang seingat saya) pernah di post di www.dakwatuna.com yaitu “jilbabku bukan nilaiku”.  Menurut saya (ini telat banget ya komentarnya), sekilas kita bisa mendapatkan pesan yang ingin disampaikan penulis tersebut bahwa jangan menilai seseorang dari tampilan fisiknya saja. Saya mencoba membela kawan saya sesama muslim, mencoba ber-khusnudzon terhadap sang wanita berkerudung panjang, dan jika ternyata memang benar dia melakukan kekhilafan semoga Allah mengampuninya dan menunjukkan pada jalan yang benar.

Ada beberapa kondisi yang mungkin saja sedang dia alami sehingga berperilaku seperti itu. Mungkin saja dia masih belajar, dia sedang berproses dan berusaha untuk berubah dan perubahan yang paling mudah ia lakukan adalah perubahan secara fisik. Dengan ‘berhijrah sebagian’, dia mencoba untuk menemukan sahabat seiman yang mau terus menerus mengingatkannya dikala dia khilaf hingga dia mampu untuk hijrah secara menyeluruh. Karena berdiri di dalam suatu golongan yang baik akan lebih mudah untuk menjadi baik dibandingkan memperbaiki diri diluar golongan tersebut.  Intinya sih, dia mencari lingkungan yang baik dan jika dalam proses itu dia lupa atau khilaf disitulah ukhwah dan dakwah merangkul untuk terus mengingatkan dalam kebaikan.

Disaat dia khilaf dan kita justru ‘menghakimi’nya. Mungkin saat itu kita telah melewatkan kesempatan yang Allah berikan untuk kita. Kesempatan menyampaikan kebenaran, kesempatan mendapatkan pahala, meningkatkan level keimanan kita,  Astagfirullah…..sungguh sangat beruntung sahabat yang mampu bersabar dan berusaha mengingatkan sahabat itu untuk kembali ke jalan yang lurus. Semoga Allah melimpahkan balasan yang setimpal untuk golongan ini.

Disisi lain, saya g hanya membela tetapi juga berusaha mengingatkan (khususnya buat saya pribadi) bahwa ada konsekuensi yang harus pegang dari jilbab yang kita gunakan. Bahwa jilbab ini, bukan hanya kain tetapi juga bagian dari dakwah.  Dengan memilih jalan ini, itu berarti bahwa kita harus siap untuk berjalan pada jalur yang sudah Allah tentukan. Bukan hanya memilih mana yang menyenangkan dan mana yang mudah dilakukan, tetapi berjalan di jalanNYA secara menyeluruh. Hijrah secara menyeluruh.  Karena diluar sana, banyak orang-orang yang menilai bahwa jilbab ini menunjukkan keilmuan yang lebih. Maka dari itu, kita harus berhati-hati dengan perilaku kita, jangan-jangan suatu kedzaliman yang kita lakukan dianggap biasa dan ditiru oleh orang lain (naudzubillah, semoga kita dijauhkan darinya).  Tidak mudah memang, tidak instan juga karena semua butuh proses. Tapi, selama niat untuk terus menjadi lebih baik itu ada. Istighfar, minta ampun pada Allah disaat melakukan kesalahan dan perbaiki hal itu. Semoga Allah menunjukkan kebenaran dan biarkanlah Allah beserta orang-orang mukmin melihat usahamu. J

SEMANGAT kawan, SEMANGAT positive, SEMANGAT menjadi lebih baik lagi untuk Allah. ^^

Aku hanya bisa menjauhi namamu



‘Aisyah ra. menuturkan, “Suatu ketika Rasullah saw. berkata kepadaku, ‘Sesungguhnya aku tahu kapan engkau sedang senang kepadaku dan kapan engkau sedang marah kepadaku.’ Aku bertanya, ‘Bagaimana engkau mengetahuinya?’ Beliau menjawab, ‘Jika engkau senang kepadaku, maka engkau akan mengatakan, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad!’ Tapi, jika engkau sedang marah, maka engkau akan mengatakan, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim!’ Aku hanya bisa menjauhi namamu.” (HR. Bukhari-Muslim)


..............so swittt (o^.^o).....

Pemulung itu guru hidup


Buat saya, mengamati pemulung ternyata sangat menarik..

mereka dapat memilah yang terbaik di antara yang terburuk dan membuang yang terburuk diantara yang paling buruk.

ini ilmu hidup besar,
bahwa didalam keburukan (bencana) ada dua hal yang bisa kita lihat, yaitu manfaat (hikmah) yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup dan (penyebab) kesalahan yang harus segera kita tinggalkan.


Kepandaian mereka dalam memilah juga bisa dijadikan pelajaran bagaiman memilih mana yang harus dilakukan karena memiliki manfaat (untuk dunia dan akhirat) dan mana yang harus ditinggalkan karena hanya mudhorot yang tersisa didalamnya. Mengedepankan perintah Allah yang menjanjikan keberkahan dan mengesampingkan hawa nafsu yang menuntun pada keburukan.

............semoga bukan hanya menjadi sekedar tulisan..

Sudah benarkah "AAMIIN" kita??


Bismillahirrahmanirrahim……

Dgn menyebut nama Allah Yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang



Sudah Benarkah Ucapan “Aamiin...” Kita ???

1. ”AMIN” (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM
2. “AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3. ”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA
4. “AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI


Bismillah. . .
Mungkin artikel ini tidaklah seberapa penting buat sebagian orang, tapi buat saya pribadi teramat sangatlah penting sekali (lengkap amat kalimatnya ). Berawal dari rasa penasaran atas penggunaan amin yang benar, ada yang menuliskan "amin", "amiin", "aamin" dan "amien". Akhirnya saya mencoba untuk mencari informasi yang benar, dan ternyata selama ini saya (serta beberapa sahabat lainnya) seringkali menggunakan kata aamiin yang tidak tepat.

Seperti kita ketahui Lafaz Aamiin diucapkan didalam dan diluar salat, diluar salat, aamiin diucapkan oleh orang yang mendengar doa orang lain. Aamiin termasuk isim fiil Amr, yaitu isim yang mengandung pekerjaan. Maka para ulama jumhur mengartikannya dengan Allahummas istajib (ya Allah ijabahlah). Makna inilah yang paling kuat dibanding makna-makna lainnya seperti bahwa aamiin adalah salah satu nama dari asma Allah Subhanahu wata’alaa.

Membaca aamiin adalah dengan memanjangkan a (alif) dan memanjangkan min, apabila tidak demikian akan menimbulkan arti lain. Dalam Bahasa Arab, ada empat perbedaan kata “AMIN” yaitu :
1. ”AMIN” (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM
2. “AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3. ”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA
4. “AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI Terus Bagaimana dengan pengucapan/Penulisan “Amien“ ???

Sebisa mungkin untuk yang satu ini (Amien) dihindari, karena Ucapan “Amien” yang lazim dilafadzkan oleh penyembah berhala (Paganisme) setelah do'a ini sesungguhnya berasal dari nama seorang Dewa Matahari Mesir Kuno: Amin-Ra (atau orang Barat menyebutnya Amun-Ra) Marilah kita biasakan menggunakan kaidah bahasa yang benar dan jangan pernah menyepelekan hal yang sebenarnya besar dianggap kecil. Sekilas penjelasan yang singkat ini mudah-mudahan bermanfaat

Riwayat Hadits dari Anas bin Malik,bahwa Nabi Muhammad saw bersabda : " Perhatikanlah ketika

Nabi Musa a.s munajat kepada ALLAH swt. Lalu ALLAH swt berfirman : " Hai Musa,kelak Aku akan berikan kapada Umat Muhammad saw 4 Huruf :

1. Huruf Pertama dari Kitab Taurat,
2. Huruf Kedua dari Kitab Zabur,
3. Huruf Ketiga dari Kitab Injil,
4. Huruf Keempat dari Kitab Al-Qur'an.

Lalu Nabi Musa bertanya : " Ya Tuhanku,Huruf apakah yang 4 macam itu ?" dan ALLAH swt menjawab:

Ke empat macam Huruf itu adalah Alif,Mim,Ya dan Nun. Yang di singkat menjadi " AaMiiN". Maka barang siapa mengucapkan AaMiiN seperti membaca 4 buah kitab - kitab yang di sebutkan di atas,yaitu Taurat,Zabur,Injil dan Al-Qur'an.

1. Maka dikatakannya bahwa Huruf Alif tertulis di Tiang Arsy ALLAH
2. Huruf tertulis di Tiang Kursi,yaitu Huruf Mim.
3. Huruf Ya tertulis di Lauhil Mahfuzh.
4. Huruf Nun tertulis di Batang Qalam.

Maka barangsiapa mengucapkan AaMiiN, maka dengan Izin ALLAH dan dengan Kekuasaan-Nya keempat macam Makhluk itu bergerak dan secara otomatis dapat berkata-kata meminta Ampun ke Hadirat ALLAH Yang Maha Kuasa untuk orang yang mengucapkan AaMiiN itu.

Kemudian ALLAH swt berfirman : " Saksikanlah oleh kamu sekalian pada saat ini benar - benar Aku telah mengampuni Dosa hambaku,karena memang sifatku Yang Maha Pengampun.

Teman - teman semuanya ini sebagai bahan Renungan juga bukan maksud saya untuk mengajari tapi tidak ada salahnya saya membagi Ilmu yang saya dapatkan dari belajar agama & Membaca Buku. Kita harus hati- hati dalam mengucapkan dan menulis AaMiiN karena kalau salah mengucapkan dan menulisnya secara Otomatis akan berubah Maknanya atau Artinya.

Adapun cara yang paling baik untuk mengucapkannya ialah suara "A" harus dibaca panjang dan suara "Min" pun harus di baca Panjang,misalnya " AaMiiN".

1. Jika di baca AaMiN artinya : Berimanlah ( A-nya di panjangkan dan Min-nya di pendekan ).
2. Jika di baca AMIIN artinya : Orang yang di percaya ( A-nya di pendekkan,MIN-nya di panjangkan ).
3. Jika di baca AAMIIN artinya : Terimalah Permohonanku (A-nya Panjang,MIN-nya Panjang).

Maka jika Anda mengucapkan dan Menulis AMIIN seperti point ke dua,maka artinya bukan mohon do'a supaya di terima, tapi melainkan Anda malahan Bilang," Percaya,Percaya." Apalagi kalau dalam tulisan yang menulis AAAAMMMMMIIIIIIIIINNNN itu Anda artikan sendiri apa artinya karena saya juga tidak mengetahui artinya.

Dalam bahasa Arab, Kalimah Aamiin termasuk Isim fill Amr yaitu isim yang mengandung pekerjaan. Para Ulama Jumhur mengartikannya dengan ‘Allahummas istajib’ (Ya Allah ijabahlah) Makna inilah yang paling kuat dibanding makna yang lainnya. Seperti ucapan ‘Aamiin adalah salah satu nama dari Asma Allah.

Makna aamiin adalah dengan memanjangkan ‘A’ (alif) dan memanjangkan ‘mim’. Apabila tidak demikian maka akan menimbulkan arti lain.!!

ternyata penggunaan 1 kata saja banyak terjadi kesalahan penggunaan ya, jadi semakin berpikir pentingnya untuk mengerti bahasa arab...

Astaghfirullah...



Astaghfirullaah,Astaghfirullaah,Astaghfirullaah
kalimat itu senantiasa keluar dari hembusan nafasku kala membaca artikel ini…
artikel yang aku baca di www.muslimah.or.id

Astaghfirullaaah…
aku malu ya Allah…....


Astaghfirullaaah…
ya Allah,,,,


Saudariku muslimah, berbeda dengan sabar yang tidak ada batasnya, maka bercanda ada batasnya. Tidak bisa dipungkiri, di saat-saat tertentu kita memang membutuhkan suasana rileks dan santai untuk mengendorkan urat syaraf, menghilangkan rasa pegal dan capek sehabis bekerja. Diharapkan setelah itu badan kembali segar, mental stabil, semangat bekerja tumbuh kembali, sehingga produktifitas semakin meningkat. Hal ini tidak dilarang selama tidak berlebihan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun Bercanda
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati serta membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti hadits dari ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha“Aku belum pernah melihat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)
Adapun contoh bercandanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ketika beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda dengan salah satu dari kedua cucunya yaitu Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” (Lihat Silsilah Ahadits Shahihah, no hadits 70)
Adab Bercanda Sesuai Syariat
Poin di atas cukup mewakili arti bercanda yang dibolehkan dalam syariat. Selain itu, hal penting yang harus kita perhatikan dalam bercanda adalah:
1. Meluruskan tujuan yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
2. Jangan melewati batas. Sebagian orang sering berlebihan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.
3. Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
4. Jangan bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim (pengadilan-ed), ketika memberikan persaksian dan lain sebagainya.
5. Hindari perkara yang dilarang Allah Azza Wa Jalla saat bercanda.
- Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda. Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallambersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud)
- Berdusta saat bercanda. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud). Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam“Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
- Melecehkan sekelompok orang tertentu. Misalnya bercanda dengan melecehkan penduduk daerah tertentu, atau profesi tertentu, bahasa tertentu dan lain sebagainya, yang perbuatan ini sangat dilarang.
- Canda yang berisi tuduhan dan fitnah terhadap orang lain. Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu mencela, memfitnahnya, atau menyifatinya dengan perbuatan yang keji untuk membuat orang lain tertawa.
6. Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata yang buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Isra’: 53)
7. Tidak banyak tertawa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)
8. Bercanda dengan orang-orang yang membutuhkannya.
9. Jangan melecehkan syiar-syiar agama dalam bercanda. Umpamanya celotehan dan guyonan para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat Al-Qur’an dan syair-syiarnya, wal iyadzubillah! Sungguh perbuatan itu bisa menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.
Demikianlah mengenai batasan-batasan dalam bercanda yang diperbolehkan dalam syariat. Semoga setiap kata, perbuatan, tingkah laku dan akhlak kita mendapatkan ridlo dari Allah, pun dalam masalah bercanda. Kita senantiasa memohon taufik dari Allah agar termasuk ke dalam golongan orang-orang yang wajahnya tidak dipalingkan saat di kubur nanti karena mengikuti sunnah Nabi-Nya. Wallahul musta’an.
***
Diringkas dari: majalah As-Sunnah edisi 09/tahun XI/ 1428 H/2007 M.

(REPOST) Let's Act!!

Hayo siapa yang g pernah dapet "pelajaran" membuang sampah pada tempatnya waktu masih TK atau SD?? Siapa juga yang masih sering buang sampah sembarangan??? Siapa yang suka kasi pemakluman bwt diri sendiri, bahwa yang dibuang tu cuma sampah kecil, g akan memberi pengaruh besar ko!! Atau pemakluman kalo ntar juga ada yang bersihin,,,siapa, siapa, siapa??

          Teman, bukan masalah besar atau kecil, ataupun masalah ada atau g yang ngebersihin. Tapi ini masalah mental,,,masalahnya adalah gimana kita bisa membangun budaya untuk cinta kebersihan, untuk memulainya dari diri sendiri, bukan nunggu orang lain untuk membersihkannya. Pelajarannya adalah bagaimana kita belajar bijaksana, meletakkan sesuatu pada tempatnya, bahkan dari hal yang sederhana. Setelah menikmati manfaat yang kita peroleh, kita juga wajib bertanggung jawab untuk meletakkan hal yang tidak termanfaatkan tersebut pada tempatnya. Kalopun memang g ada tempat sampah, simpan dulu sampah kita, biarkan sampah kita sampai pada tempatnya. Izinkan mental kita terbangun, mengalahkan rasa malas.
........
Daripada terus menerus mengeluh mengenai bencana lingkungan. Mulut berbusa mengutuk pencemaran yang dilakukan industri. Demo besar-besaran mengecam pemerintahan yang g becus ngurusin banjir dan eksploitasi alam. Akan lebih bijak untuk memulai dari diri sendiri, dari hal sederhana, dan menularkan hal sederhana ini pada yang lain. Masih banyak ko contoh dan hal lain yang bisa kita lakukan daripada sekedar marah-marah nambahin dosa. Jadi, Lets Act!!

kata si fulan,,,,

Sahabat sepuh saya bilang, “kalian jangan terlalu terpaku dengan pendapat orang lain, seolah orang lain selalu paling benar. Kembangkan pendapat pribadimu, dan biasakan berpikir kreatif…..”

…….
hening


#mjj (mak jleb-jleb = dalem)

Kata-kata ini berat, berat banget buat aku, dan dalemmm…..
Sering kali saya mengkutip perkataan orang lain, mulai dari kata-kata bijak (kaya yg kali ini saya lakukan, mengkutip kata-kata sahabat sepuh saya) yang bisa saya dengar dari pergaulan saya sehari-hari atau “kata-kata ilmiah” yang sering saya kutip dari ahli-ahli dunia (untuk keperluan akademik). Sebenernya g salah sih mengkutip kata-kata dari orang lain, selama kata-kata itu membawa kebaikan untuk kita dan untuk ummat banyak, tp sering kali saya terpukau dengan kata-kata orang tersebut sehingga lupa untuk mengembangkan kemampuan nalar dan berpikir dalam otak saya. Saya lupa bahwa dunia tu masih butuh lebih banyak lagi orang-orang cerdas yang berakal dan ber-akhlaq. Dan sepertinya saya juga lupa bahwa mereka tu butuh partner untuk memberikan perubahan yang lebih baik,,,,karena saya dan kalian punya amanah dan tanggung jawab dari Allah….

ahhhh, maafkan aku ya Allah..
semoga kami bisa berubah menjadi lebih baik lagi
dan semoga tulisan ini g hanya menjadi kata yg tersusun dalam kalimat tapi menjadi nafas dalam hidup kami, semangat untuk menjadi lebih baik, semangat baru untuk mengabdi!!